TUGAS REVIEW JURNAL INTERNASIONAL PSIKOLOGI & TEKNOLOGI INTERNET “Is Parental Communication or Internet Use that Makes Pornography in Teenagers?”
· Judul:
Apakah
Komunikasi Orang Tua atau Penggunaan Internet yang Mempengaruhi Pornografi pada
Remaja?
· Edisi:
Journal of Child Development Studies 2018, Vol.03, No.01,
page 59-69
E-ISSN:
2460-2310
· Penulis:
Mahsiani Mina Laili, Herien Puspitawati, dan Lilik Noor Yuliati.
Mahsiani Mina Laili, Herien Puspitawati, dan Lilik Noor Yuliati.
· Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis perbedaan dalam komunikasi orang tua, penggunaan internet, dan perilaku pornografi remaja laki-laki dan perempuan; (2) Menganalisis pengaruh komunikasi orang tua dan penggunaan internet terhadap perilaku pornografi remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis perbedaan dalam komunikasi orang tua, penggunaan internet, dan perilaku pornografi remaja laki-laki dan perempuan; (2) Menganalisis pengaruh komunikasi orang tua dan penggunaan internet terhadap perilaku pornografi remaja.
· Latar Belakang:
Dibutuhkan
peran orang tua untuk membentuk pemikiran dan perilaku remaja dalam arah yang
lebih positif. Tetapi selama masa remaja, konflik dengan orang tua sering
meningkat sehingga remaja menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan media
daripada berdiskusi dengan orang tua (Santrock 2012). Media internet adalah
sumber utama informasi, khususnya tentang seksualitas remaja (Wilson et al.
2004). Hal ini membuat remaja aktif menggunakan media elektronik dengan
mengirim pesan-pesan seks dan mengekspos informasi intim itu sendiri sebagai
citra seksual melalui ponsel dan komputer. Puspitawati (2009) menemukan bahwa, kenakalan remaja
di Kota Bogor terkait dengan seks bebas terjadi karena penggunaan media,
melalui gambar-gambar porno dan menonton video porno yang kemungkinan menjadi
kenakalan kriminal. Rouvier dkk. (2011)
menjelaskan bahwa komunikasi orang tua tentang seks pada akhirnya akan
mempengaruhi keputusan remaja mengenai seks.
· Metode:
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional melalui observasi yang dilakukan secara bersamaan melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Bogor yang terdiri dari empat wilayah di Kota Bogor, yaitu Bogor Tengah, Bogor Utara, Bogor Timur, dan Bogor Barat. Sebanyak 5 sekolah dipilih secara purposif dari SMA dan sederajat. Selanjutnya pilih kelas dari masing-masing sekolah yang dipilih menggunakan sampling acak sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dengan sampel total 137 siswa. Data dikumpulkan selama 3 bulan mulai dari Juli hingga Oktober 2016.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional melalui observasi yang dilakukan secara bersamaan melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Bogor yang terdiri dari empat wilayah di Kota Bogor, yaitu Bogor Tengah, Bogor Utara, Bogor Timur, dan Bogor Barat. Sebanyak 5 sekolah dipilih secara purposif dari SMA dan sederajat. Selanjutnya pilih kelas dari masing-masing sekolah yang dipilih menggunakan sampling acak sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dengan sampel total 137 siswa. Data dikumpulkan selama 3 bulan mulai dari Juli hingga Oktober 2016.
- Partisipan:
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa remaja kelas XI di wilayah kota Bogor yang memiliki orang tua lengkap (ayah dan ibu). Pemilihan siswa kelas XI sebagai contoh dilakukan dengan pertimbangan, siswa pada tingkat itu telah beradaptasi lebih baik dari tingkat sebelumnya.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa remaja kelas XI di wilayah kota Bogor yang memiliki orang tua lengkap (ayah dan ibu). Pemilihan siswa kelas XI sebagai contoh dilakukan dengan pertimbangan, siswa pada tingkat itu telah beradaptasi lebih baik dari tingkat sebelumnya.
- Prosedur:
Penelitian ini menggunakan data primer melalui metode self-report dengan alat kuesioner yang meliputi data: (1) karakteristik orang tua (usia, pendidikan dan pendapatan), (2) karakteristik remaja (usia dan jenis kelamin), (3) komunikasi hari umum yang dikembangkan dari Skala Komunikasi Orangtua/Remaja (Barnes & Olson 1982), komunikasi pencegahan pornografi dikembangkan dari Skala Komunikasi Orangtua/Remaja Seks (Jaccard et al. 2000); (4) Penggunaan internet dikembangkan dari Frekuensi Media Internet (Ouytsel et al. 2014) dan (5) perilaku pornografi yang dikembangkan dari Tingkat Pornografi (Skinner 2005) dan sexting (Englander 2012). Remaja mengisi kuesioner setelah mendengarkan instruksi dari para peneliti di depan kelas.
Penelitian ini menggunakan data primer melalui metode self-report dengan alat kuesioner yang meliputi data: (1) karakteristik orang tua (usia, pendidikan dan pendapatan), (2) karakteristik remaja (usia dan jenis kelamin), (3) komunikasi hari umum yang dikembangkan dari Skala Komunikasi Orangtua/Remaja (Barnes & Olson 1982), komunikasi pencegahan pornografi dikembangkan dari Skala Komunikasi Orangtua/Remaja Seks (Jaccard et al. 2000); (4) Penggunaan internet dikembangkan dari Frekuensi Media Internet (Ouytsel et al. 2014) dan (5) perilaku pornografi yang dikembangkan dari Tingkat Pornografi (Skinner 2005) dan sexting (Englander 2012). Remaja mengisi kuesioner setelah mendengarkan instruksi dari para peneliti di depan kelas.
- Pengukuran:
Analisis dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS). Kualitas data dari komunikasi orang tua, penggunaan internet, perilaku pornografi telah dikontrol menggunakan uji reliabilitas dan uji validitas internal. Kuesioner komunikasi publik harian terdiri dari 20 item pernyataan, komunikasi umum dengan ayah dengan nilai alpha Cronbach dari 0839 dan ibu dari 0,768. Komunikasi pencegahan pornografi terdiri dari 11 poin pernyataan, komunikasi dengan ayah dengan nilai alpha Cronbach 0,708, dan dengan ibu 0,701. Kuesioner penggunaan internet terdiri dari 10 item pernyataan dengan nilai alpha Cronbach 0,767. Kuesioner perilaku pornografi terdiri dari perilaku melihat sebanyak 34 butir pernyataan dengan nilai alpha Cronbach sebesar 0,882 dan perilaku penyebaran sebanyak 25 poin pernyataan dengan nilai 0,919. Kuesioner komunikasi orang tua dan perilaku pornografi menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban dan skor total yang telah diperoleh kemudian diubah menjadi nilai indeks dan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah (<60 .00="" dan="" sedang="" tinggi=""> 80.01). Kuesioner penggunaan internet menggunakan lima pilihan jawaban (0 = tidak ada sama sekali; 1 = <1 2="2-3" 3="4-5hm" 4="" hari="" jam=""> 5 jam / hari). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, uji beda dan uji regresi linier berganda. 1>60>
Analisis dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS). Kualitas data dari komunikasi orang tua, penggunaan internet, perilaku pornografi telah dikontrol menggunakan uji reliabilitas dan uji validitas internal. Kuesioner komunikasi publik harian terdiri dari 20 item pernyataan, komunikasi umum dengan ayah dengan nilai alpha Cronbach dari 0839 dan ibu dari 0,768. Komunikasi pencegahan pornografi terdiri dari 11 poin pernyataan, komunikasi dengan ayah dengan nilai alpha Cronbach 0,708, dan dengan ibu 0,701. Kuesioner penggunaan internet terdiri dari 10 item pernyataan dengan nilai alpha Cronbach 0,767. Kuesioner perilaku pornografi terdiri dari perilaku melihat sebanyak 34 butir pernyataan dengan nilai alpha Cronbach sebesar 0,882 dan perilaku penyebaran sebanyak 25 poin pernyataan dengan nilai 0,919. Kuesioner komunikasi orang tua dan perilaku pornografi menggunakan skala Likert dengan empat pilihan jawaban dan skor total yang telah diperoleh kemudian diubah menjadi nilai indeks dan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah (<60 .00="" dan="" sedang="" tinggi=""> 80.01). Kuesioner penggunaan internet menggunakan lima pilihan jawaban (0 = tidak ada sama sekali; 1 = <1 2="2-3" 3="4-5hm" 4="" hari="" jam=""> 5 jam / hari). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, uji beda dan uji regresi linier berganda.
· Hasil:
Penelitian ini melibatkan 137 siswa remaja,
yang terdiri dari 52 pria dan 85 wanita dengan usia rata-rata 14-17 tahun.
Lebih dari setengah usia orang tua jatuh ke dalam kategori dewasa (41-64
tahun). Persentase tertinggi pendidikan ayah adalah 42,5 persen dan ibu 39,4
persen sekitar 12 tahun atau setara dengan lulusan sekolah menengah atas. Lebih
dari separuh keluarga dikategorikan ke dalam keluarga tidak miskin dengan
pendapatan bulanan rata-rata per kapita keluarga sebesar Rp.727 320. Pendapatan
per kapita lebih tinggi daripada garis kemiskinan kabupaten/kota Bogor yaitu
Rp. 354 866 (BPS 2017).
Komunikasi umum orang tua adalah komunikasi
sehari-hari antara ayah, ibu dan remaja yang diukur dengan dua dimensi yaitu,
keterbukaan dan masalah. Komunikasi terbuka ayah dengan remaja sebesar 51,8%
dikategorikan kurang dibandingkan dengan komunikasi dengan ibu sebanyak 46,7%
yang masuk kategori cukup terbuka. Hal ini dapat dilihat pada skor rata-rata
per tingkat soal bahwa ibu sebagai pendengar yang baik 3.38 lebih sering
daripada ayah 3.01. Secara keseluruhan komunikasi ayah-remaja 45,3% dalam
kategori kurang sementara 42,3% ibu dikategorikan cukup baik dalam komunikasi
sehari-hari. Hasil
skor rata-rata komunikasi pencegahan pornografi adalah 84,7% dan ibu 78,8%
dengan remaja masih dalam kategori rendah. Persentase tingkat pernyataan item
menunjukkan bahwa 56,2% ayah dan ibu 52,6% tidak pernah menjawab ketika remaja
mengajukan pertanyaan terkait dengan pornografi.
Penggunaan media adalah frekuensi jenis media
berbasis internet yang digunakan remaja untuk mendapatkan informasi dan
memperoleh pengetahuan tentang pornografi yang terdiri dari menonton film/video,
game online, media sosial, membaca komik online dan klip musik. Persentase
berikut penggunaan internet remaja lebih dari 5 jam per hari adalah yang
terbesar, penggunaan media sosial (69,7%), dibandingkan dengan penggunaan internet
untuk mengakses film/video online (16%), game online (14,6%), video musik
online (13,9%) dan komik online (2,2%) dalam enam bulan terakhir.
Pornografi adalah perilaku remaja dalam melihat dan
menyebarkan konten pornografi. Studi ini menemukan bahwa semua remaja yang
terlibat dalam penelitian telah terpapar konten pornografi, sementara 87,0%
remaja telah menyebarkan konten pornografi. Selama enam bulan terakhir, remaja
yang dikategorikan sebagai ringan dari perilaku pornografi adalah sebesar
42,3%. Lebih dari separuh remaja yang masuk dalam kategori cenderung kecanduan
dengan persentase sebesar 54%. (Laki-laki = 46,2%, anak perempuan = 42,4%) dan
jenis kelamin yang sama (anak laki-laki = 23,1%, anak perempuan = 22,4%) dan
remaja semakin mencari hal-hal baru tentang pornografi (anak laki-laki = 48,1%,
anak perempuan = 20%).
· Diskusi:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin
terbuka dan baik komunikasi sehari-hari ibu-ibu dengan remaja akan dapat
mencegah remaja dari perilaku pornografi, sedangkan komunikasi sehari-hari
dengan ayah tidak berpengaruh. Hasil ini konsisten dengan studi Firdanianty et
al. (2016) di Kota Bogor yang menemukan bahwa komunikasi ibu dengan remaja
memiliki pengaruh yang lebih baik daripada ayah.
Komunikasi pencegahan pornografi orang tua
diharapkan dapat mencegah remaja dari perilaku seks awal melalui pornografi
yang dialami oleh remaja. Tetapi hasilnya menunjukkan hasil sebaliknya, bahwa
semakin banyak ibu membahas pencegahan pornografi justru membuat remaja semakin
pornografi. Berbeda dengan komunikasi dengan ayah, semakin baiknya komunikasi
pornografi ayah akan mampu mencegah remaja dari perilaku pornografi. Hal ini
disebabkan oleh fakta bahwa komunikasi ayah dikaitkan dengan diskusi
mempersiapkan pemuda dalam menghadapi dunia luar (Durkin 1995). Prihartini dkk.
(2002) menemukan hasil yang sama bahwa komunikasi tentang seks dari orang tua
memiliki pengaruh positif pada seks bebas remaja. Semakin tinggi dan efektifnya
komunikasi orang tua dengan remaja tentang pembahasan seksualitas maka remaja
akan lebih leluasa dalam pergaulan antara pria dan wanita.
Selanjutnya, intensitas penggunaan media internet
yang lama mempengaruhi pornografi pada remaja. Hasil penelitian ini menemukan
bahwa anak perempuan lebih banyak dan lebih lama mengakses media sosial,
sedangkan remaja laki-laki bermain game online yang dapat terpapar konten
pornografi. Rahmawati (2013) memperkuat temuannya bahwa ada perbedaan yang
mencolok antara remaja laki-laki dan perempuan, di mana remaja laki-laki lebih
cenderung mengakses konten pornografi daripada anak perempuan dengan intensitas
mengakses media sosial melalui situs facebook, game online, dan youtube yang
dibebankan dengan pornografi.
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam mengukur kualitas
pornografi komunikasi preventif yang masih sebatas pernyataan umum (misal;
orang tua menasihati, tetapi peneliti tidak memasukkan pernyataan isi saran
dari orang tua) sehingga indikator komunikasi pencegahan pornografi tidak
diketahui secara detail, dalam penelitian ini hanya berfokus pada persepsi
remaja agar tidak melihat dari persepsi orang tua.
· Kesimpulan:
Studi ini menemukan bahwa komunikasi ibu yang terbuka setiap hari dapat mencegah remaja berperilaku pornografi. Namun, komunikasi pencegahan pornografi yang merupakan bagian dari komunikasi tentang seks dengan menyampaikan pesan-pesan pencegahan perilaku seks melalui perilaku pornografi yang tidak berkualitas dapat meningkatkan perilaku pornografi remaja. Penggunaan internet dengan intensitas sekitar 5 jam per hari dapat menjadi faktor yang mendukung remaja berperilaku pornografi. Pornografi dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, di mana remaja laki-laki lebih rentan daripada perempuan dalam berperilaku dan mempersepsikan pornografi.
Studi ini menemukan bahwa komunikasi ibu yang terbuka setiap hari dapat mencegah remaja berperilaku pornografi. Namun, komunikasi pencegahan pornografi yang merupakan bagian dari komunikasi tentang seks dengan menyampaikan pesan-pesan pencegahan perilaku seks melalui perilaku pornografi yang tidak berkualitas dapat meningkatkan perilaku pornografi remaja. Penggunaan internet dengan intensitas sekitar 5 jam per hari dapat menjadi faktor yang mendukung remaja berperilaku pornografi. Pornografi dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, di mana remaja laki-laki lebih rentan daripada perempuan dalam berperilaku dan mempersepsikan pornografi.
Komentar
Posting Komentar